Sejarah Lokal
MASJID
AL –OSMANI
Masjid
Pertama dan Tertua yang ada di Kota Medan
Sumatera utara memiliki beragam
peninggalan sejarah dan budaya yang unik. Baik dari masa prasejarah maupun
sejarah. Peninggalan sejarah berupa tulisan, bangunan ataupun situs sejarah. Menelusuri
bentuk bangunan kuno tidak lepas dari perkembangan agama maupun bentuk colonial
yang ada di Medan. Sejarah masa Hindu-Budha, Islam, Kolonial, dan Pra
Kemerdekaan.
Sejarah perkembangan agama islam
yang panjang di Medan meninggalkan beberapa tempat bersejarah yang masih dapat
dilihat sampai saat ini.peninggalan sejarah islam ditandai dengan berdirinya
kerajaan – kerajaan islam di Medan yang dahulunya dikenal dengan sebutan
kesultanan di Sumatera Timur. Selain istana kerajaan/ kesultanan, dan gedung
kerapatan sultan dibangun pula masjid sebagai tempat ibadah para penghuni
istana. Masing – masing kesultanan meninggalkan jejak peradaban masa lampau
berupa mesjid. Mesjid seperti kita lihat yakni masjid Raya Al – Osmani dan
Mesjid Raya Al – Mashun, Kesultanan Langkat meninggalkan Mesjid Azizi, dan
terakhir Kesultanan Serdang meninggalkan Mesjid Sulaimaniyah.
Masjid ini tergolong unik dank has dengan
warna yang sangat mencolok melambangkan warna suku melayu. Disisi lain, masjid
ini memiliki arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah,
India, Spanyol, dan China. Masjid ini terletak di jalan Yos Sudarso Km 18
Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan yang berjarak dari kota Medan
sekitar 19 Km dari pusat kota Medan.Kekhasan masjid ini menjadi ikonnya
Kecamatan Medan Labuhan. Ditambah lagi dalam segi kekunoan yang ada di Labuhan.Deli
menambah daya tarik dan keunikan di wilayah ini. Baik berupa kelenteng tua
tridarma di Pekan Labuhan, deretan bangunan kuno bergaya arsitektur cina dan
Eropa yang dulu fungsinya sebagai tempat tinggal dan niaga, juga terdapat untuk
rekreasi ( rumah candu )serta tempat tempat penginapan, bekas tapak istana dan
terdapat lorong ( gang ) yang dikenal masyarakat sekitar sebagai lorong kantor
Raja Lama yang dulu fungsinya pernah berdiri kompleks gedung kerapatan kerajaan
( Jufrida dan Ery Soedewo, Balar : 2004 ).
Masjid Al –Osmani didirikan pada masa kerajaan Melayu
yakni Kerajaan Deli tahun 1857 oleh Raja Deli yang ke -7 yakni bergelar Sultan
Osman Perkasa Alam ( 1850 – 1858 ). Kerajaan Deli merupakan kerajaan pertma di
Sumatera Timur. Didirikan oleh Gojah Pahlawan tahun 1619 Masehi yang
berkedudukan pusat pemerintahan pertama yakni di Deli Tua. Selanjutnya generasi
ke – 3 diteruskan oleh Tuanku Panglima Pasutan (1728 -1761). Beliau memindahkan
kedudukan pusat kerajaan Deli Tua mulai ke labuhan deli disebabkan karena
kedudukan kurang strategis atau kedudukan pusat kerajaan tersebut kurang aman
akibat selalu mendapat gangguan daari bekas rakyat Aru.kemudian diteruskan
putranya Tuanku Panglima Gandar Wahid ( 1761 – 1805 ) dan sultan Amaluddin
Perkasa Alam ( 1805 – 1850 ). Lalu Sultan Osman Perkasa Alam ( 1858 – 1873 ). Dan
Sultan Ma ‘Mum Al – Rasyid Perkasa Alam ( 1873 – 1924 ).
Pada masa Sultan Osman Perkasa Alam (
1850 – 1858 ) berdirilah suatu pemukiman kesultanan yang ketika itu pusat
pemerintahannya berada di Labuhan Deli
berada di pesisir timur pulau Sumatera. Sesuai dengan nama sultan dan
pendidri masjid ini maka nama mesjid ini adalah mesjid Al – Osmani. Kerajaan ini
memanfaatkan letak geografisnya sebagai Bandar labuhan tempat saudagar atau
pedagang singgah kemari. Rumah – rumah penduduk berada disekitar tepi sungai
Deli yang masih berbahan kayu, tepas dan rumbia. Nama asli kampong ini Deli,
karena ia sekaligus menjadi pelabuhan maka disebut Labuhan Deli. Dahulunya pelabuhan
ini berbentuk sungai besar dijadikan pelabuhan. Namun lama kelamaan sungai ini
mengecil akibat proses abrasi dan erosi.
Masjid ini dikerjakan atas perintah
sultan osman dengan bantuna rakyatnya. Bahan bangunan yang pertama terbuat dari
kayu dan sifat bangunan masih sederhana atau bangunan yang menyerupai masjid
ini dikatakan surau. Kayunya didatngkan dari penag berdasarkan arahan arsitek dari cina pada tahun 1854. Kemudian
pembangunan masjid ini dilanjtkan oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam yang
merupakan penerus Kerajaan Melayu ( Raja Deli ke -8 ) setelah baginda Sultan
Osmani wafat pada tahun 1858. Sultan ini merupakan putra Sultan Osmani yang
memerintah pada tahun 1858 – 1873. Pada masa pemerintahan terjadilah perubahan
besar di Negeri Deli. Beliau mengundang para investor untuk menamankan modalnya
ke Tanah Deli yang sangat cocok untuk ditanami tembakau. Dialah peletak dasar
budaya tembakau yang kemudian hari bakal memasyurkan pesisir Timur Sumatera ke
seluruh Dunia dan ,menjadi cikal bakal kota Medan. Kemudian masa sultan ini
mulailah perubahan besar di mesjid ini. Kemakmuran pesat dalam perkebunan
membawa dampak begitu besar bagi perkembangan bangunan masjid. Sebagian hasil
konsesi tanah perkebunan di sumbangkan beliau untuk membangun masjid ini. Tahun
1870 – 1872 mesjid ini menjadi bangunan permanen dengan merenovasi bangunan
masjid dengan dana hasil perkebunan. Dengan mempercayakan arsitek asal jerman
GD Langereis dan Belanda. Sultan pun merombak sebagian besar bangunan. Batu – batu dari Eropa dan Persia
pun didatangkan untuk mempercantik mesjid ini.
Sumber
:
Buku
profil Mesjid Al –Osmani Medan Labuhan ( 1854 – 2010 )
gambar : www.google.com
gambar : www.google.com
0 komentar:
Posting Komentar